Pendahuluan
Kamboja
tidak dapat melepaskan diri dari perekonomian global. Hal ini dikarenakan
Kamboja menganut sistem perekonomian terbuka. Salah satunya dengan masuk pada
pasar keuangan, dimana antara penjual dan pembeli memperdagangkan produk
keuangan dalam berbagai cara termasuk penggunaan bursa efek, secara langsung
antara penjual dan pembeli (Over The
Counter). Selain dampak positif, perekonomian global juga mempunya dampak
negatif. Salah satunya adalah terjadinya krisis ekonomi yang melanda dunia.
Krisis terbesar terjadi pada tahun 1997 di negara Thailand.
Pada tahun 1980-an, perekonomian Thailand berjalan
stabil dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9% per tahun. Stabilnya
perekonomian Thailand saat itu mendorong banyak perusahaan swasta di Thailand
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dengan melakukan leveraging, mengajukan
kredit usaha besar-besaran ke bank-bank di negara maju seperti Jepang. Karena
melihat tren perekonomian Thailand yang stabil secara makro, bank-bank di
Jepang dengan sangat mudah mengucurkan kredit tanpa memperhatikan fundamental
perusahaan debitur. Artinya, perbankan di Jepang telah mengucurkan kredit Ponzi
ke berbagai perusahaan di Thailand. Akhir tahun 1996, tibalah masa jatuh tempo
pembayaran utang perusahaan-perusahaan swasta di Thailand. Karena pada saat itu
banyak perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka timbullah
ketidakpercayaan di kalangan perbankan Jepang terhadap kapabilitas perusahaan
Thailand. Beberapa bank Jepang mempercepat jatuh tempo pembayaran utang.
Akibatnya, masa jatuh tempo pelunasan utang
terakumulasi dalam periode yang sama. Pada tahun yang sama (1996), hedge
fund Amerika Serikat menjual US$400 juta ke Thailand. Awal tahun 1997,
nilai mata uang Baht jatuh karena tingginya permintaan terhadap Dollar AS.
Perusahaan swasta yang memiliki utang jatuh tempo pada tahun 1997 semakin
kesulitan mengembalikan pinjaman karena Baht yang menurun tajam.
Ketidakmampuan perusahaan swasta Thailand dalam
memenuhi kewajibannya membuat nilai saham perusahaan-perusahaan itu jatuh.
Karena banyak nilai saham perusahaan yang anjlok, secara otomatis membuat pasar
modal Thailand anjlok pula hingga 75%. Dimulailah krisis finansial di Thailand
pada 2 Juli 1997. Finance One
(perusahaan keuangan terbesar di Thailand) ikut mengalami kebangkrutan. Pada 11
Agustus 1997, IMF menawarkan paket “penyelamatan” untuk Thailand dengan
menyediakan dana lebih dari US$ 16 milyar. Namun, akhirnya pada 20 Agustus IMF
menyetujui pencairan paket "penyelamatan" sebesar US$ 3,9 milyar.
Paket “penyelamatan” yang dikucurkan IMF segera menunjukkan aksinya. Bulan
Januari 1998, Baht jatuh ke titik terendahnya: 56 Baht per US$, padahal sejak
1985 hingga 2 Juli 1997 Baht dipatok pada harga 25 Baht per US$.
Pembahasan
A. Analisa
Neraca Pembayaran tahun 1997
Keadaan
ekonomi di Kamboja adalah relatif baik pada tahun 1997 walaupun mengalami
pertumbuhan yang lambat akibat krisis yang di alami oleh negara-nehara di Asia.
Seperti yang dapat kita lihat pada tabel Balance
of Payment di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 1997 neraca pembayaran
mengalami kenaikan sebesar US$ 197 juta dari tahun 1996 yang berjumlah US$ -428
juta. Kenaikan tersebut juga diimbangi dengan naiknya Gross Domestic Product (GDP) dari US$ 359,3 juta ke US$ 367,5 juta.
Kenaikan tersebut naik 1,0% dari tahun sebelumnya (lihat grafik 1).
Pada tahun yang
sama kenaikan antara neraca pembayaran dengan GDP adalah dikarenakan penurunan impor
sebesar US$ 20 juta dari US$ -1,072 juta ke US$ -1,092 juta dan kenaikan ekspor
sebesar US$ 218 juta dari US$ 644 juta ke US$ 862 juta. Kenaikan tersebut
menaikkan pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun sejumlah 5%. Inflasi di tahun
ini juga mengalami kenaikan 3% menjadi 10,077% (lihat grafik 2).
Faktor
eksternal untuk evolusi ekonomi terkait dengan transfer resmi seperti
sumbangan, transfer modal dalam bentuk pinjaman dari organisasi internasional,
dan terakhir investasi asing langsung (FDI). Agregat perekonomian tertutup,
pada rata-rata tahunan 1994-1997, keseimbangan defisit kotor dalam jumlah 134%
(surplus kontribusi terhadap peningkatan cadangan devisa bruto untuk menutupi
2,7 impor per bulan di 1997). Namun,
meskipun transfer resmi dan transfer modal sedang dipertahankan dari satu tahun
ke tahun berikutnya, sekitar 8-11% dan 2-3% masing-masing dari PDB, ini
melakukan penurunan pada tahun 1997 oleh sekitar 8% dengan kaitannya dengan
perkiraan awal dan 20% dibandingkan dengan tahun 1996. Di sisi lain 'FDI yang
telah tumbuh pada kecepatan yang sangat berkelanjutan sejak 1093, turun 21%
pada tahun 1997 dengan kaitannya dengan perkiraan awal. Ada alasan ketakutan bahwa dalam
pandangan dari krisis keuangan Asia, investasi tersebut tidak akan cepat
mengalami pertumbuhan yang dinamis seperti yang mereka alami sampai sekarang.
Pada tahun ini arus modal bersih mengalami penurunan namun relatif sederhana
daripada negara-negara lain yang terkena dampak krisis keuangan, dari tahun
1996 sebesar US$ 170 juta turun menjadi US$ 150 juta atau sekitar 0,4%.
Selain
faktor tersebut, ketegangan politik pada kuartal kedua tahun 1997 yang
merupakan pertempuran antara dua partai politik juga menjadi salah satu faktor
melemahnya kondisi perekonomian di Kamboja. Karena secara terus-menerus
mengalami ketidakpastian politik, menyebabkan semakin buruknya mobilisasi
pendapatan dan manajemen pengeluaran publik, donor mulai menghentikan pencairan
dan kepercayaan investor swasta melemah. Manajemen ekonomi makro yang lemah
diperparah dengan panjangnya proses pengambilan keputusan sehingga lebih sulit
bagi para pengmabil keputusan untuk menangani situasi ekonomi yang semakin
buruk.
Berkaitan
dengan restriksi atau kebijakan dari
pemerintah, untuk menangani krisis pada tahun 1997 pemerintah menetapkan
beberapa kebijakan, antara lain:
1. Membatasi balanja publik
Kemerosotan di bidang pariwisata,
penurunan pendapatan bea cukai, dan suspensi dan pemutusan bantuan asing
setelah Juli 1997 dipotong menjadi pendapatan pemerintah. Menurut
Departemen mianomy dan Keuangan,
pendapatan pemerintah dari pajak pariwisata saja turun 25 persen di 1997, turun
dari $ 100 juta dalam 1996.
2. Menetapkan hukum perpajakan
Bertujuan untuk memperluas basis pajak dan
meningkatkan kapasitas pengumpulan pajak. Hal ini juga diterapkan UU
Perpajakan, yang berisi beberapa langkah untuk menginkgatkan pendapatan.
3. Meningkatkan hukum atas investasi
Pada December 1997, Dewan Menteri
mengadopsi sub-keputusan tentang Pelaksanaan regulasitions untuk UU Penanaman
Modal, yang dirancang untuk menghilangkan beberapa ad hoc exemptions
pajak.
4.
Mencari kembali bantuan
Mencari bantuan kembali
dari negara asing sangat berpengaruh untuk menjaga disiplin fiskal di negara
Kamboja.
B. Analisis
Neraca Pembayaran tahun 1998 di Kamboja
Pada
tahun 1998 dirasakan pertumbuhan ekonomi di Kamboja lebih rendah dari tahun
sebelumnya. Dapat dilihat bahwa neraca pembayaran hanya meningkat sebesar US$ 58
juta dari tahun 1997 dengan jumlah US$ -231 juta dan US$ -173 pada tahun 1998.
Kenaikan ini juga diimbangi oleh naiknya
Gross Domestic Product (GDP) sebesar
US$ 8,2 juta dari US$ 359,3 juta ke US$ 367,5 juta (lihat grafik 1).
Pada
tahun ini juga terjadi kenaikan ekspor dari tahun sebelumnya yang berjumlah
US$862 juta ke US$890 juta. Kenaikan ini tidak seperti tahun sebelumnya, pada
tahun ini ekspor hanya naik sebesar US$28 juta. Sementara itu, impor juga
mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu dari US$-1,092 juta ke
US$-1,073 juta. Kenaikan tersebut bekisar antara US$19 juta lebih rendah dari
tahun sebelumnya.
Inflasi
pada tahun ini juga mengalami peningkatan sekitar 5% dari tahun sebelumnya
(lihat grafik 2).
Berkaitan
dengan restriksi atau kebijakan
pemerintah pada tahun 1998 di Kamboja dikeluarkanlah beberapa kebijakan,
diantaranya:
1. Kebijakan
moneter mengembalikan stabilitas makro ekonomi
NBC campur tangan sesekali di luar negeri pasar valuta untuk menstabilkan
fluktuasi riel melalui penggunaan lelang dolar. Instrumen ini digunakan untuk
mempertahankan riel terhadap serangan spekulatif. Sebuah intervensi
penting dilakukan pada bulan Juni 1998, sebelum pemilihan nasional bulan Juli,
ketika nilai tukar lulus 4.000 riel terhadap dolar. Untuk mempertahankan
nilai riel tersebut, NBC membeli $ 400.000 senilai riel dalam lelang dolar. intervensi
ini cukup berhasil dalam memulihkan stabilitas di pasar valuta asing, sebagai
riel melambung kembali ke 3.900 riel terhadap dolar dan memiliki tetap stabil
pada 3800 sejak saat itu.
2.
Kebijakan Struktural
Pada bulan Februari 1998, pemerintah mengeluarkan sub-keputusan untuk
meningkatkan tarif impor untuk 14 jenis produk, mulai dari bahan makanan (mie,
garam) dengan bahan konstruksi (semen, batu bata, ubin, logam), dan beberapa
plastik dan karet produk.
3.
Investasi asing kebijakan perbaikan iklim
investasi
Tujuan dari sub-dekrit itu untuk menarik investasi berkualitas tinggi dan
untuk mempercepat pelaksanaan proyek. Peraturan baru mengharuskan investor
untuk mempertahankan 1,5-2,0 persen deposito di NBC untuk proyek senilai $
1-40000000.
4.
Memulihkan kebijakan pada sektor
pariwisata
Untuk menarik lebih banyak pengunjung ke Kamboja, pemerintah juga diberikan
lisensi untuk Bangkok Airways untuk membangun penerbangan langsung dari Bangkok
ke Siem Reap, di mana beberapa tujuan wisata paling populer di Kamboja berada.
C. Analisis
Neraca Pembayaran tahun 2009 di kamboja
Pertumbuhan
perekonomian di Kamboja selama 14 tahun terakhir sampai pada tahun 2008
sangatlah luar biasa, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 10% per tahun.
Dapat dilihat dari Balance of Payment pada
tabel 2 pada tahun 2009 ekspor naik menjadi US$ 5,358 juta dari US$ 4823 juta
di tahun 2008. Impor juga mengalami kenaikan dari US$ 6620 juta di tahun 2008
menjadi US$ 7320 juta di tahun 2009. Namun, kenaikan ekspor dan impor yang
stabil selama 14 tahun terakhir tidak diimbangi dengan naiknya neraca
perdagangan di tahun 2008 menuju tahun 2009. Pada saat itu neraca mengalami
penurunan yaitu dari US$ -1837 juta menjadi US$ -1872 juta. Hal ini disebabkan
karena pengaturan pengelolaan yang baik dalam beberapa sektor yang tergolong
produktif, seperti salah satunya adalah sektor pertanian. Kemudian disusul
dengan turunnya GDP sebesar US$ 10,7 juta dari US$ 760,8 juta di tahun 2008
turunmenjadi US$ 750,1 juta di tahun 2009 (lihat grafik 3).
Kemudian
dapat dilihat pada tabel 4 bahwa inflasi pada tahun 2009 mengalami penurunan
yang sangat tajam dari hampir 10% menjadi hampir -10% pada kuartal kedua pada
tahun 2009 (lihat tabel 4). Inflasi yang tinggi ini disebabkan oleh pembiayaan
defisit anggaran dan menyebabkan penurunan kepercayaan publik pada mata uang nasional
dan dolarisasi permanen.
Pertumbuhan yang
tidak baik ini tidak bertahan pada kuartal selanjutnya di tahun 2009. Terjadi
krisis ekonomi yang disebabkan oleh keterbukaan dengan perdagangan dan
ketergantungan dengan modal asing. Selain itu pada tahun mendekati 2009 juga
terjadi sejumlah kegagalan pasar yang menyebabkan melemahnya insentif untuk
investasi, peraturan dan administrasi yang buruk dalam sistem perpajakan,
kegagalan panen, dan korupsi yang menjadi sorotan utama dalam perekonomian di
Kamboja.
Grafik 1: GDP per kapita di Kamboja
tahun 1996-2000
Grafik 2: Inflasi tahun 1997-2000
Grafik 3: GDP per kapita di Kamboja
tahun 2006-2016
Grafik 4: Inflasi Kamboja tahun
2007-2009
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar