Rabu, 09 November 2016

ANALISA NERACA PEMBAYARAN NEGARA KAMBOJA TAHUN 1997,1998, DAN 2008

Pendahuluan
Kamboja tidak dapat melepaskan diri dari perekonomian global. Hal ini dikarenakan Kamboja menganut sistem perekonomian terbuka. Salah satunya dengan masuk pada pasar keuangan, dimana antara penjual dan pembeli memperdagangkan produk keuangan dalam berbagai cara termasuk penggunaan bursa efek, secara langsung antara penjual dan pembeli (Over The Counter). Selain dampak positif, perekonomian global juga mempunya dampak negatif. Salah satunya adalah terjadinya krisis ekonomi yang melanda dunia. Krisis terbesar terjadi pada tahun 1997 di negara Thailand.
Pada tahun 1980-an, perekonomian Thailand berjalan stabil dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9% per tahun. Stabilnya perekonomian Thailand saat itu mendorong banyak perusahaan swasta di Thailand untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dengan melakukan leveraging, mengajukan kredit usaha besar-besaran ke bank-bank di negara maju seperti Jepang. Karena melihat tren perekonomian Thailand yang stabil secara makro, bank-bank di Jepang dengan sangat mudah mengucurkan kredit tanpa memperhatikan fundamental perusahaan debitur. Artinya, perbankan di Jepang telah mengucurkan kredit Ponzi ke berbagai perusahaan di Thailand. Akhir tahun 1996, tibalah masa jatuh tempo pembayaran utang perusahaan-perusahaan swasta di Thailand. Karena pada saat itu banyak perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya, maka timbullah ketidakpercayaan di kalangan perbankan Jepang terhadap kapabilitas perusahaan Thailand. Beberapa bank Jepang mempercepat jatuh tempo pembayaran utang.
Akibatnya, masa jatuh tempo pelunasan utang terakumulasi dalam periode yang sama. Pada tahun yang sama (1996), hedge fund Amerika Serikat menjual US$400 juta ke Thailand. Awal tahun 1997, nilai mata uang Baht jatuh karena tingginya permintaan terhadap Dollar AS. Perusahaan swasta yang memiliki utang jatuh tempo pada tahun 1997 semakin kesulitan mengembalikan pinjaman karena Baht yang menurun tajam.

Ketidakmampuan perusahaan swasta Thailand dalam memenuhi kewajibannya membuat nilai saham perusahaan-perusahaan itu jatuh. Karena banyak nilai saham perusahaan yang anjlok, secara otomatis membuat pasar modal Thailand anjlok pula hingga 75%. Dimulailah krisis finansial di Thailand pada 2 Juli 1997. Finance One (perusahaan keuangan terbesar di Thailand) ikut mengalami kebangkrutan. Pada 11 Agustus 1997, IMF menawarkan paket “penyelamatan” untuk Thailand dengan menyediakan dana lebih dari US$ 16 milyar. Namun, akhirnya pada 20 Agustus IMF menyetujui pencairan paket "penyelamatan" sebesar US$ 3,9 milyar. Paket “penyelamatan” yang dikucurkan IMF segera menunjukkan aksinya. Bulan Januari 1998, Baht jatuh ke titik terendahnya: 56 Baht per US$, padahal sejak 1985 hingga 2 Juli 1997 Baht dipatok pada harga 25 Baht per US$.













Pembahasan
A.    Analisa Neraca Pembayaran tahun 1997
Keadaan ekonomi di Kamboja adalah relatif baik pada tahun 1997 walaupun mengalami pertumbuhan yang lambat akibat krisis yang di alami oleh negara-nehara di Asia. Seperti yang dapat kita lihat pada tabel Balance of Payment di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 1997 neraca pembayaran mengalami kenaikan sebesar US$ 197 juta dari tahun 1996 yang berjumlah US$ -428 juta. Kenaikan tersebut juga diimbangi dengan naiknya Gross Domestic Product (GDP) dari US$ 359,3 juta ke US$ 367,5 juta. Kenaikan tersebut naik 1,0% dari tahun sebelumnya (lihat grafik 1).
Pada tahun yang sama kenaikan antara neraca pembayaran dengan GDP adalah dikarenakan penurunan impor sebesar US$ 20 juta dari US$ -1,072 juta ke US$ -1,092 juta dan kenaikan ekspor sebesar US$ 218 juta dari US$ 644 juta ke US$ 862 juta. Kenaikan tersebut menaikkan pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun sejumlah 5%. Inflasi di tahun ini juga mengalami kenaikan 3% menjadi 10,077% (lihat grafik 2).
Faktor eksternal untuk evolusi ekonomi terkait dengan transfer resmi seperti sumbangan, transfer modal dalam bentuk pinjaman dari organisasi internasional, dan terakhir investasi asing langsung (FDI). Agregat perekonomian tertutup, pada rata-rata tahunan 1994-1997, keseimbangan defisit kotor dalam jumlah 134% (surplus kontribusi terhadap peningkatan cadangan devisa bruto untuk menutupi 2,7 impor per bulan di 1997). Namun, meskipun transfer resmi dan transfer modal sedang dipertahankan dari satu tahun ke tahun berikutnya, sekitar 8-11% dan 2-3% masing-masing dari PDB, ini melakukan penurunan pada tahun 1997 oleh sekitar 8% dengan kaitannya dengan perkiraan awal dan 20% dibandingkan dengan tahun 1996. Di sisi lain 'FDI yang telah tumbuh pada kecepatan yang sangat berkelanjutan sejak 1093, turun 21% pada tahun 1997 dengan kaitannya dengan perkiraan awal. Ada alasan ketakutan bahwa dalam pandangan dari krisis keuangan Asia, investasi tersebut tidak akan cepat mengalami pertumbuhan yang dinamis seperti yang mereka alami sampai sekarang. Pada tahun ini arus modal bersih mengalami penurunan namun relatif sederhana daripada negara-negara lain yang terkena dampak krisis keuangan, dari tahun 1996 sebesar US$ 170 juta turun menjadi US$ 150 juta atau sekitar 0,4%.
Selain faktor tersebut, ketegangan politik pada kuartal kedua tahun 1997 yang merupakan pertempuran antara dua partai politik juga menjadi salah satu faktor melemahnya kondisi perekonomian di Kamboja. Karena secara terus-menerus mengalami ketidakpastian politik, menyebabkan semakin buruknya mobilisasi pendapatan dan manajemen pengeluaran publik, donor mulai menghentikan pencairan dan kepercayaan investor swasta melemah. Manajemen ekonomi makro yang lemah diperparah dengan panjangnya proses pengambilan keputusan sehingga lebih sulit bagi para pengmabil keputusan untuk menangani situasi ekonomi yang semakin buruk.
Berkaitan dengan restriksi atau kebijakan dari pemerintah, untuk menangani krisis pada tahun 1997 pemerintah menetapkan beberapa kebijakan, antara lain:
1.      Membatasi balanja publik
Kemerosotan di bidang pariwisata, penurunan pendapatan bea cukai, dan suspensi dan pemutusan bantuan asing setelah Juli 1997 dipotong menjadi pendapatan pemerintah. Menurut Departemen mianomy dan Keuangan, pendapatan pemerintah dari pajak pariwisata saja turun 25 persen di 1997, turun dari $ 100 juta dalam 1996.
2.      Menetapkan hukum perpajakan
Bertujuan untuk memperluas basis pajak dan meningkatkan kapasitas pengumpulan pajak. Hal ini juga diterapkan UU Perpajakan, yang berisi beberapa langkah untuk menginkgatkan pendapatan.
3.      Meningkatkan hukum atas investasi
Pada December 1997, Dewan Menteri mengadopsi sub-keputusan tentang Pelaksanaan regulasitions untuk UU Penanaman Modal, yang dirancang untuk menghilangkan beberapa ad hoc exemptions pajak.

4.         Mencari kembali bantuan
Mencari bantuan kembali dari negara asing sangat berpengaruh untuk menjaga disiplin fiskal di negara Kamboja.

B.     Analisis Neraca Pembayaran tahun 1998 di Kamboja
Pada tahun 1998 dirasakan pertumbuhan ekonomi di Kamboja lebih rendah dari tahun sebelumnya. Dapat dilihat bahwa neraca pembayaran hanya meningkat sebesar US$ 58 juta dari tahun 1997 dengan jumlah US$ -231 juta dan US$ -173 pada tahun 1998. Kenaikan ini juga diimbangi oleh  naiknya Gross Domestic Product (GDP) sebesar US$ 8,2 juta dari US$ 359,3 juta ke US$ 367,5 juta (lihat grafik 1).
Pada tahun ini juga terjadi kenaikan ekspor dari tahun sebelumnya yang berjumlah US$862 juta ke US$890 juta. Kenaikan ini tidak seperti tahun sebelumnya, pada tahun ini ekspor hanya naik sebesar US$28 juta. Sementara itu, impor juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu dari US$-1,092 juta ke US$-1,073 juta. Kenaikan tersebut bekisar antara US$19 juta lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Inflasi pada tahun ini juga mengalami peningkatan sekitar 5% dari tahun sebelumnya (lihat grafik 2).
Berkaitan dengan restriksi atau kebijakan pemerintah pada tahun 1998 di Kamboja dikeluarkanlah beberapa kebijakan, diantaranya:
1.      Kebijakan moneter mengembalikan stabilitas makro ekonomi
NBC campur tangan sesekali di luar negeri pasar valuta untuk menstabilkan fluktuasi riel melalui penggunaan lelang dolar. Instrumen ini digunakan untuk mempertahankan riel terhadap serangan spekulatif. Sebuah intervensi penting dilakukan pada bulan Juni 1998, sebelum pemilihan nasional bulan Juli, ketika nilai tukar lulus 4.000 riel terhadap dolar. Untuk mempertahankan nilai riel tersebut, NBC membeli $ 400.000 senilai riel dalam lelang dolar. intervensi ini cukup berhasil dalam memulihkan stabilitas di pasar valuta asing, sebagai riel melambung kembali ke 3.900 riel terhadap dolar dan memiliki tetap stabil pada 3800 sejak saat itu.
2.      Kebijakan Struktural
Pada bulan Februari 1998, pemerintah mengeluarkan sub-keputusan untuk meningkatkan tarif impor untuk 14 jenis produk, mulai dari bahan makanan (mie, garam) dengan bahan konstruksi (semen, batu bata, ubin, logam), dan beberapa plastik dan karet produk.
3.      Investasi asing kebijakan perbaikan iklim investasi
Tujuan dari sub-dekrit itu untuk menarik investasi berkualitas tinggi dan untuk mempercepat pelaksanaan proyek. Peraturan baru mengharuskan investor untuk mempertahankan 1,5-2,0 persen deposito di NBC untuk proyek senilai $ 1-40000000.
4.      Memulihkan kebijakan pada sektor pariwisata
Untuk menarik lebih banyak pengunjung ke Kamboja, pemerintah juga diberikan lisensi untuk Bangkok Airways untuk membangun penerbangan langsung dari Bangkok ke Siem Reap, di mana beberapa tujuan wisata paling populer di Kamboja berada.

C.     Analisis Neraca Pembayaran tahun 2009 di kamboja
Pertumbuhan perekonomian di Kamboja selama 14 tahun terakhir sampai pada tahun 2008 sangatlah luar biasa, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 10% per tahun. Dapat dilihat dari Balance of Payment pada tabel 2 pada tahun 2009 ekspor naik menjadi US$ 5,358 juta dari US$ 4823 juta di tahun 2008. Impor juga mengalami kenaikan dari US$ 6620 juta di tahun 2008 menjadi US$ 7320 juta di tahun 2009. Namun, kenaikan ekspor dan impor yang stabil selama 14 tahun terakhir tidak diimbangi dengan naiknya neraca perdagangan di tahun 2008 menuju tahun 2009. Pada saat itu neraca mengalami penurunan yaitu dari US$ -1837 juta menjadi US$ -1872 juta. Hal ini disebabkan karena pengaturan pengelolaan yang baik dalam beberapa sektor yang tergolong produktif, seperti salah satunya adalah sektor pertanian. Kemudian disusul dengan turunnya GDP sebesar US$ 10,7 juta dari US$ 760,8 juta di tahun 2008 turunmenjadi US$ 750,1 juta di tahun 2009 (lihat grafik 3).
Kemudian dapat dilihat pada tabel 4 bahwa inflasi pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat tajam dari hampir 10% menjadi hampir -10% pada kuartal kedua pada tahun 2009 (lihat tabel 4). Inflasi yang tinggi ini disebabkan oleh pembiayaan defisit anggaran dan menyebabkan penurunan kepercayaan publik pada mata uang nasional dan dolarisasi permanen.

Pertumbuhan yang tidak baik ini tidak bertahan pada kuartal selanjutnya di tahun 2009. Terjadi krisis ekonomi yang disebabkan oleh keterbukaan dengan perdagangan dan ketergantungan dengan modal asing. Selain itu pada tahun mendekati 2009 juga terjadi sejumlah kegagalan pasar yang menyebabkan melemahnya insentif untuk investasi, peraturan dan administrasi yang buruk dalam sistem perpajakan, kegagalan panen, dan korupsi yang menjadi sorotan utama dalam perekonomian di Kamboja.

Grafik 1: GDP per kapita di Kamboja tahun 1996-2000


Grafik 2: Inflasi tahun 1997-2000


Grafik 3: GDP per kapita di Kamboja tahun 2006-2016



Grafik 4: Inflasi Kamboja tahun 2007-2009




SUMBER










Tidak ada komentar:

Posting Komentar