Senin, 24 Oktober 2016

DESAKU

DESA LENTERA
PROGDI PERBANKAN SYARIAH S1
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Saat ini menempuh semester II di Institut Agama Islam Negeri Salatiga


PENDAHULUAN
            Mencoba mengurai keindahan kita saat ini, mungkin ada hal yang terlupakan dari sebuah tatanan kebersamaan. Hal yang paling terlupakan itu adalah desa. Cobalah kita bertanya kepada orang-orang disekitar kita tentang Indonesia saat ini, maka jawaban mereka adalah seputar politik, hukum dan kriminal. Pertanyaan lebih lanjut bagaimana pemahaman mereka tentang desa?
            Secara formil definisi desa telah diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 dimana desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada didalam daerah kebupaten.
            Desa Bejaten terletak diantara 5 desa, yaitu desa Padaan, desa Kalongan, desa Belon, desa Mranggen, desa Giling, dan desa Jetis. Desa Bejaten adalah desa yang nyaman dan asri. Kondisinya masih penuh dengan persawahan dan masih banyak pepohonan yang tumbuh sehingga membuat desa Bejaten sangat nyaman untuk ditinggali. Menurut salah satu narasumber yang saya wawancara yaitu bapak Nasihuddin,  desa Bejaten awalnya didirikan oleh Mbah Jati. Pada awalnya desa bejaten merupakan hutan belantara jati yang luas, penemu desa ini tidak diketahui nama aslinya, penduduk desa biasa memanggilnya dengan sebutan mbah Jati. Beliau lah yang menamakan hutan belantara jati ini dengan nama Bejaten.

ISI
A.    KEPERCAYAAN DAN RELIGI
Menurut Koentjoroningrat (2003:73), “Kebudayaan” dari kata sansekerta Budhayah bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi/kekal.
Masyarakat desa Bejaten yang semula dikenal dengan sistem kepercayaan animisme dan dinamisme yang masih kuat, saat ini telah mengalami pergeseran. Kepercayaan animisme dan dinamisme masyarakat dalam perkembangannya mengalami perubahan, seiring masuknya kaum penyebar agama dan dikenalnya pendidikan agama formal. Masuknya kaum missionaries, zending, maupun ulama di masyarakat telah mengikis ajaran animisme dan dinamisme. Masyarakat  umunya telah menganut salah satu agama dari 5 agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Meskipun secara penuh belum menjalankan syariat ajarannya. Seperti halnya masyarakat desa Bejaten kini juga telah menganut agama tersebut. Namun, di sana hanya ada satu macam agama yaitu agama Islam.
Dalam penyebarannya, agama Islam lebih cepat masuk ke desa Bejaten melalui nenek moyang bangsa. Desa Bejaten terkenal dengan desa dengan masyarakat Islam yang luar bisa. Di sini banyak tokoh agama baik Kyai maupun Ustadz. Standar sekolah pun juga didasarkan pada pendidikan agama, seperti halnya sekolah dasar, di desa ini dibangun Madrasah Ibtidaiyah, untuk sekolah menengah pertama Madrasah Tsanawiyah dan untuk sekolah menengah atas Madrasah Aliyah. Tidak hanya itu untuk menunjang ilmu agama di desa ini juga dibangun sebuah Taman Pendidikan Agama (TPA)  atau bisa juga disebut Taman Pendidikan Qur’an (TPQ). Umunya hanya anak-anak seusia 4-12 tahun yang belajar di TPA. Untuk anak usia 12 tahun keatas mereka lebih menekankan pada pengajaran kitab kuning. Pengajaran kitab kuning ini diselenggarakan setiap sore setelah ashar di masjid di desa Bejaten yang menjadi jantung masjid-masjid yang lain. Selain itu, banyak juga kegiatan lain di dalam masyarakat tentang keagamaan, seperti pengajian rutin setiap malam senin untuk laki-laki dari anak-anak sampai bapak-bapak, pengajian rutin setiap hari kamis untuk ibu-ibu, pengajian bulanan untuk semua golongan dan pengajian yang dilaksanakan setiap hari setelah maghrib untuk semua usia yang dibimbing oleh seorang ustadzah.
Di desa Bejaten juga terdapat beberapa tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat yaitu:
1.      Tradisi Nyadran
Nyadran adalah salah satu prosesi adat budhaya jawa yang dilakukan setahun sekali menjelang bulan ramadhan dengan berwujudkan kegiatan dari membersihkan makam, memasak makanan, dan berdoa di makam.
2.      Tradisi Brokohan
Brokohan adalah salah satu adat untuk menyambut kelahiran bayi.
3.      Tradisi Mitung dino
Mitung dino yaitu pengajian yang dilakukan untuk mendoakan arwah seseorang yang telah meninggal pada hari ketujuh.
4.      Tradisi Nyatus
Nyatus yaitu pengajian yang dilakukan untuk mendoakan arwah seseorang yang telah meninggal pada hari ke seratus.

B.     SISTEM KEMASYARAKATAN
Setiap kehidupan masyarakat desa Bejaten pada umumnya diorganisasikan atau diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan mesra adalah kesatuan kekerabatannya. Masyarakat desa Bejaten termasuk tipe masyarakat dengan jiwa gotong royong yang kuat, rasa solidaritas dan unsur kebersamaan yang tinggi, serta rasa keterikatan yang erat terhadap tanah kelahirannya. Itulah sebabnya terkadang mereka sangat berat meninggalkan kampung halamannya untuk pergi merantau.
Ada banyak golongan yang mempengaruhi sistem kemasyarakatan di desa Bejaten. Biasanya golongan ini dibedakan berdasarkan harta. Ada pepatah yang menyebutkan bahwa “yang kaya yang berkuasa”, memang benar karena umumnya yang dipandang orang di desa Bejaten adalah yang memiliki tingkat kasta atas.
Dalam organisasi kepemerintahan di desa Bejaten terdapat dua sistem kelembagaan yaitu kelembagaan formal dan kelembagaan non formal. Kelembagaan formal merupakan struktur lembaga-lembaga yang diurutkan sesuai dengan peraturan pemerintah pusat. Sedangkan kelembagaan non formal merupakan lembaga-lembaga yang didirikan berdasarkan keputusan masyarakat desa yang disetujui oleh  kepala desa.
Kelembagaan formal meliputi:
A. Pemerintahan desa
Dalam struktur pemerintah desa, Kepala desa merupakan kedudukan tertinggi di Desa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi maka kepala desa dibantu oleh aparat desa yaitu sekretaris desa, kepala urusan dan kepala dusun. Selain itu, di tiap – tiap dusun terdapat RT dan RW guna membantu kepala dusun dalam mengatur dusun.
Tugas dari masing-masing aparat Desa Bejaten:
1)      Kepala Desa
Kepala desa merupakan kedudukan tertinggi dalam pemerintahan desa yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada di Desa. Segala pertumbuhan dan perkembangan Desa dipengaruhi oleh kinerja kepala desa.
2)      Sekretaris Desa
Tugas sekretaris desa sebagai pendamping kepada desa dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin kelembagaan desa. Sekretaris desa bertugas mengurusi administrasi pemerintahan desa dan mendukung program kerja untuk keberhasilan kinerja lembaga desa.
3)      Kepala urusan pemerintahan
Membantu Kepala Desa dalam tugas pelayanan, pemberdayaan dan penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Pemerintahan Desa seperti menyelenggaraan kegiatan yang terkait dengan bidang pertahanan dan kependudukan.
4)      Kepala Urusan Keuangan
Bertugas mengatur dan mengelola keuangan. Kaur Keuangan bertanggung jawab mencatat atas keluar-masuk uang dalam sistem pemerintah.
5)      Kepala Urusan Umum
Menangani administrasi surat menyurat secara external dan internal, Kaur juga menangani masalah perlengkapan dan kebutuhan desa yang berkaitan dalam forum perangkat desa.
6)      Ketua Dusun
Kepala dusun bertugas menjaga ketertiban dan keamanan dusun yang nantinya dibantu oleh RW dan RT serta bertanggung jawab kepada kepala desa atas kelancaran program kerja kepala dusun di setiap dusun-dusun di Desa Bejaten.
7)      Ketua RW
Dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa. Tugas ketua RW adalah mengurusi administrasi yang tingkatannya lebih rendah.
8)      Ketua RT
Dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa. Tugas ketua RT juga mengurusi administrasi yang tingkatannya lebih rendah dari tugas ketua RW.
B. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
BPD dibentuk sebagai badan pengawas dan kontrol bagi pemerintah desa. Selain itu BPD juga berfungsi sebagai mitra kerja pemerintah desa. Keanggotaan BPD adalah wakil dari desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
C. LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa)
Dibentuk dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat desa yang diprakarsai masyarakan dan juga berfungsi sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan.
Kelembagaan Non Formal meliputi:
A. Pengajian warga
Setiap lingkungan RT atau RW pada desa Bejaten terdapat kegiatan pengajian yang diadakan  tiap satu minggu sekali. Pengajian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengajian bapak-bapak, dan pengajian ibu-ibu. Pengajian ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan keimanan terhadap Allah SWT.
B. Majelis Ta’lim Lailatul Ijtima
Lailatul Ijtima merupakan majelis ta’lim yang mengumpulkan seluruh anggota organisasi-organisasi islam yang ada pada Desa Bejaten. Pada kegiatan ini juga dihadiri seluruh perwakilan dari dusun dan tokoh agama Desa Bejaten. Kegiatan ini diadakan setiap minggu pon dalam kalender jawa. Selain pengajian dan istighosah, pada kegiatan ini biasanya juga dilakukan diskusi mengenai isu-isu atau masalah yang ada di Desa Bejaten. Dengan adanya tokoh – tokoh masyarakat diharapkan dapat memberikan jalan keluar atau solusi bagi permasalahan desa.
C. GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani)
Dibentuk dalam mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani maka diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian. GAPOKTAN dibagi menjadi POKTAN yang ada pada setiap dusun.
D. LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa)
Tugas Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 meliputi:
1.      Memelihara kerukunan hidup warga masyarakat
2.      Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggunng jawab Pemerintah Desa
3.      Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif
4.      Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif
5.      Menggerakkan dan mengembangnkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat
6.      Menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat
E.  PKK
Berperan dalam menggerakkan ibu-ibu dalam kegiatan kemasyarakatan. PKK juga bertujuan untuk memberdayakan peran perempuan dalam pembangunan desa. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan antara lain seperti posyandu, arisan dan lainnya.
F. Karang Taruna
Dibentuk untuk mendorong para pemuda agar lebih aktif, kreatif dan produktif. Selain itu dapat menghindarkan para pemuda dari kegiatan-kegiatan yang negatif. Biasanya kegiatan karang taruna di desa Bejaten diisi dengan kerjabakti setiap satu minggu sekali, pengagendaan kegiatan-kegiatan desa dalam rapat rutin setiap bulan, dan kerjabakti membersihkan masjid serta mushola setiap menjelang bulan ramadhan. 

C.     SISTEM PENGETAHUAN
Menurut Gordon B. Davis (1991:91) sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi mengolah data sesuai dengan instruksi  dan mengeluarkan hasilnya.
Sistem pengetahuan masyarakat desa Bejaten saat ini telah mengalami perkembangan. Kini, pengetahuan masyarakat desa Bejaten tidak hanya sebatas pengetahuan tentang lingkungan sekitar, namun telah bergeser ke dalam lingkungan nasional maupun internasional. Intensitas interaksi yang tinggi dengan komunitas luar dan masuknya media informasi telah membuka jendela pengetahuan masyarakat desa Bejaten.
Sumber pengetahuan masyarakat tidak hanya terbatas dari tokoh adat, namun bercabang mulai dari tokoh-tokoh agama, staf pemerintah, karyawan perusahaan, peneliti, maupun informasi dari tayangan media elektronik. Akibatnya sistem pengetahuan masyarakat desa Bejaten semakin berkembang. Hal ini didukung pula oleh  masuknya pendidikan formal di masyarakat, meskipun masih sebatas tingkat sekolah dasar. Peletakan pendidikan formal di masyarakat desa Bejaten yang dimulai dari tingkat sekolah dasar ini telah menumbuhkan semangat untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Hal ini terbukti dari tidak sedikitnya pemuda yang berasal dari masyarakat desa Bejaten mengenyam pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi.
Dalam perkembangannya, banyak sekali perbedaan pengetahuan antara masyarakat desa Bejaten pada jaman dahulu dan sekarang. Dahulu masyarakat desa Bejaten tidak mengenal pengetahuan teknologi canggih namun sekarang hampir semua masyarakat menggunakan berbagai macam teknologi canggih baik dalam hal alat masak, alat hubung, alat bantu untuk pertanian, alat bantu pengajaran formal maupun non formal dan alat bantu dalam sistem pemerintahan. Hal ini disebabkan karena perkembangan pengetahuan masyarakat dari hari ke hari.

D.    SISTEM MATA PENCAHARIAN
Sebagian besar masyarakat di desa Bejaten bermata pencaharian sebagai petani. Baik sebagai petani asli, petani garap, maupun petani kontrak. Hal ini disebabkan karena kondisi alam di desa Bejaten yang belum banyak dibangun perumahan dan bangunan-bangunan lain melainkan masih berupa lahan persawahan. Umumnya masyarakat desa bejaten menggunakan lahan pertanian untuk menanam padi, namun juga ada beberapa yang menanam hasil pertanian lain seperti cabai, bawang merah dan putih, kentang, tebu, jagung, serta sayuran lain. Ada juga yang menanam hasil pertanian berupa buah-buahan.
Selain bertani masyarkat desa Bejaten juga bermata pencaharian sebagai peternak, umunya mereka berternak ayam, angsa, dan lele yang kemudian hasil tersebut di jual ke masyarakat daerah sendiri maupun masyarakat luar daerah.
Selain bertani dan berternak masyarakat desa Bejaten juga ada yang bekerja sebagai penjual baik di warung atau pasar bahkan kios, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS), guru atau dosen, sopir, bahkan tenaga kerja di luar negeri. Dengan begitu kehidupan di desa Bejaten menjadi semakin berkembang dengan adanya berbagai macam mata pencaharian serta hasilnya.

E.     SISTEM PERALATAN/TEKNOLOGI
Lucas (2000) Teknologi Informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis.
Kini teknologi masyarakat desa Bejaten telah berubah. Teknologi yang digunakan oleh masyarakat untuk meringankan aktivitas kerja saat ini tidak hanya menggunakan alat yang bersifat tradisional, namun sebagian telah dikerjakan dengan menggunakan tenaga mesin. Alat tersebut digunakan untuk menghemat tenaga dan efisiensi waktu. Pembajakan sawah tidak menggunakan kerbau lagi tapi banyak yang telah menggunakan mesin traktor yang terbukti lebih menghemat tenaga dan waktu. Penerangan tidak lagi menggunakan lampu teplok dengan bahan bakar minyak tanah, tetapi sudah memakai penerangan berupa lampu listrik. Mekanisasi telah diterapkan oleh masyarakat desa Bejaten dalam sistem teknologinya merupakan hasil dari interaksi yang telah dilakukan masyarakat dengan komunitas luar daerahnya sehingga membawa kemajuan-kemajuan dalam pengetahuan yang sebelumnya berkembang di desa tersebut.
Berikut ini dalah perkembangan peralatan memasak di desa Bejaten:
1.      Tungku Api

Tungku atau di sunda lebih dikenal dengan nama “ Hawu “ Ini adalah alat untuk memasak ( kompor ) yang terbuat dari tanah liat atau tumpukan batu bata. Bahan bakar untuk memasak yang digunakan adalah kayu bakar. Tungku masih banyak juga yang menggunakan, terutama untuk daerah pedalaman yang penduduknya masih tergolong miskin.
2.      Anglo



Hampir sama dengan tungku yang memiliki fungsi untuk alat memasak. Anglo ini terbuat dari tanah liat dengan berbahan bakar utama arang atau kayu bakar. Anglo masih dapat ditemukan pada pedagang makanan tradisional.
3.      Dandang


Dandang adalah alat masak tradisional untuk memasak nasi. Dandang biasanya terbuat dari tembaga, berwarna kuning keemasan dan memiliki bentuk seperti topi pesulap yang dibalik. Penggunaan dandang untuk menanak / masak nasi dengan cara mengukusnya.
4.      Kukusan bambu


Kukusan bambu atau dalam bahasa sunda “ Aseupan “ adalah alat masak yang menjadi pelengkap dandang dalam menanak nasi. Aseupan ini terbuat dari bambu dan bentuknya seperti tumpeng.
5.      Tampah


Tampah adalah penampang bulat dan lebar yang terbuat dari bamboo. Fungsinya adalah untuk menampah beras untuk memisahkan sekam beras dan kotoran lainnya pada beras.
6.      Tempayan


Tempayan adalah gentong besar yang terbuat dari tanah liat. Tempayan memiliki fungsi untuk menyimpan persediaan air di dapur. Tempayan yang berukuran lebih kecil biasanya digunakan juga sebagai tempat penyimpanan beras. Namun kini tempayan banyak digunakan untuk hiasan pada taman ataupun kolam.
Masih banyak alat masak tradisional lainnya yang mungkin kita sudah lupa atau bahkan tidak mengetahuinya. Bannyak manfaat yang didapatkan dari menggunakan alat tradisional, diantaranya masakan menjadi lebih aman dan sehat karena terbuat dari bahan alami. Selain itu memasak dengan peralatan tradisional memberikan rasa yang lebih nikmat dan enak.

F.      KESENIAN
Leo Tolstoy (Sumardjo, 2000:62) seni merupakan ungkapan perasaan sang pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis.
Di desa Bejaten ada satu macam kesenian yaitu kesenian rebana. Rebana adalah salah satu kesenian tradisional desa Bejaten yang menjadi alat dimasa dahulu untuk menyebarkan agama islam. Ini menjadi salah satu bentuk alat yang mudah diterima oleh masyarakat untuk syiar penyebaran agama yang lebih mudah didekati dengan aspek seni. Penyampaian pesan moral dengan muatan agama lebih dapat dicerna oleh masyarakat dibandingkan dengan metode ceramah atau khutbah yang sifatnya satu arah. Seni menjadi alat yang paling baik untuk menyampaikan muatan-muatan positif dan ajakan untuk mengikuti nilai-nilai agama.
Pertunjukan rebana di tanah Bejaten dapat disaksikan saat berlangsungnya acara atau hajatan, semisal dalam acara pernikahan, maulid, sunatan dan beberapa acara budaya lainnya. Secara umum kelompok rebana di desa Bejaten tidak lepas dari dinamisasi perkembangan. Kini mulai hadir modifikasi rebana yang mendobrak aturan rebana klasik namun tidak melupakan kaidah-kaidahnya. Mereka tetap menjaga eksistensi awal rebana sebagai metode penyebaran islam. Mereka masih menyempatkan berdzikir disaat menghentak rebana, dan melantunkan kidung-kidung bernafaskan islam.
Satu hal yang patut dicatat dan menjadi bentuk pelestarian budaya seni rebana ini adalah adanya perlibatan generasi muda dalam kelompok rebana ini. Hal ini dapat menjadi sebuah “regenerasi” untuk melahirkan pemain rebana yang akan meneruskan seni tradisional Bejaten. 

G.    SISTEM BAHASA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah system bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi, bekerjasama, dan mengidentifikasi diri.
            Di desa Bejaten umunya masyarakatnya menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa sehari-hari. Ada aturan-aturan yang diterapkan dalam berkomunikasi di desa Bejaten. Di desa Bejaten dalam berkomunikasi lebih menekankan pada unggah-ungguh bahasa yang artinya adat sopan santun, tatakrama, tatasusila dalam menggunakan bahasa jawa. Untuk usia yang sepadan mereka menggunakan bahasa ngoko, untuk berbicara dengan yang lebih tua menggunakan bahasa krama inggil, dan untuk berbicara pada sesepuh menggunakan bahasa krama alus.
Namun dalam perkambangannya masyarakat desa Bejaten juga ada yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat berkomunikasi sehari-hari. Namun umumnya meraka tetap menekankan pada kaidah bahasa jawa yang telah dibangun sejak lama oleh nenek moyang mereka. Misalnya untuk acara-acara yang diselenggarakan di desa Bejaten dalam pelaksanaannya masih menggunakan bahasa jawa sebagai alat komunikasi baik dalam acara rapat rutin, pengajian, pernikahan dan acara-acara yang lain.

PENUTUP
Kesimpulan
Realita budaya masyarakat desa Bejaten dari hari ke hari telah mengalami dinamika seiring masuknya intrusi budaya yang dibawa oleh arus globalisasi dan modernisasi. Budaya arif masyarakat desa Bejaten lambat laun tergerus oleh intrusi budaya yang memamerkan prinsip rasionalitas dan efisiensi dengan memboyong mitos budaya komunitas luar sebagai symbol kemajuan sekaligus salah satu upaya mencapai peradaban yang tertinggi.


DAFTAR PUSTAKA

October, 18.Brokohan Tradisi Jawa. www.jogjaland.net/brokohan-tradisi-jawa/. Diakses: 16 Juni 2015.

Dudung.2015.Pengertian dan Fungsi Sistem Informasi Menurut para Ahli. http://www.dosenpendidikan.com/12-pengertian-dan-fungsi-sistem-informasi-menurut-para-ahli/. Diakses: 16 Juni 2015
Karakteristik sosial desa Kedung Lumpang. https://lhsdesakedunglumpang.wordpress.com/karakteristik-kelembagaan-desa-kedunglumpang/. Diakses: 16 Juni 2015
Parta Setiawan.2015.Pengertian Teknologi Informasi Menurut para Ahli. http://www.gurupendidikan.com/10-pengertian-teknologi-informasi-menurut-para-ahli/. Diakses: 16 Juni 2015

Alat Masak Tradisional. https://deviazizaf.wordpress.com/coba/alat-masak-tradisional/. Diakses:16 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar